Sabtu, 04 Mei 2013

Sang Penjomblo


Oleh : Alif Zaka Desmara
Cinta merupakan sesuatu yang sangat diagung-agungkan oleh banyak orang. Sesuatu yang dianggap sangat penting bagi banyak orang. Bahkan banyak orang rela mengorbankan dirinya hanya untuk memperjuangkan cintanya. Banyak orang yang memilih hidupnya hanya untuk cinta. Tapi hal itu tak berlaku bagiku sejak aku sering mengalami patah hati. Bagiku,dalam kehidupan tak ada istilah cinta,bahkan mungkin sahabat sekalipun. Yang ada hanyalah hubungan kebutuhan atau dapat aku katakan “simbiosis. Dan ketika hubungan kebutuhan tersabut dirasa telah hilang, maka salahsatu pihak akan cenderung meninggalkan pihak yang satunya.
Hal itulah yang mungkin membuatku hingga saat ini belum pernah memiliki kekasih. Prinsip hidup yang tidak jelas,idealisme ku dalam mencari pasangan, dan fikiran konservatif ku terhadap cinta membuatku sulit menemukan kriteria pasangan ideal. Dengan idealismeku dalam mencari pasangan, aku selalu mematok kesempurnaan dalam mencari pasangan. Hal itu mambuatku selalu mangalami hal naas yang aku sebut “Neunggar Cadas”.
Namaku Asep atau lebih lengkapnya Asep Saepulloh *Singkatan dari Abi Kasep Sumpah Demi Alloh*. Hingga usiaku kini hampir genap 18 tahun, belum pernah aku marasakan yang namanya “Pacaran”. Sulit untukku mendapatkan pasangan. Bukan tak ingin, tapi tak mampu  Padahal orang-orang bilang, masa-masa SMA adalah masa-masa yang paling sulit dilupakan apalagi jika itu menyangkut hal-hal yang bersifat “Cinta”.
 Aku baru menyadari kalo masa-masa SMA ku sudah memasuki penghujung karier. Dan aku tak ingin masa-masa SMA ku kulewati tanpa cinta. Aku mulai melakukan persiapan untuk menjadi “Hunter” alias pemburu wanita. Aku mulai mendata wanita-wanita se-SMA-ku yang jomblo dan berpotensi bisa aku rebut hatinya
Perburuan pun dimulai. List yang pertama aku buru adalah Tania. Orangnya cantik, tubuh atletis, dan punya senyum yang menawan. Hal pertama yang aku lakukan adalah mencari nomor handphone nya. Aku mulai mencoba menghubunginya. Tiba saatnya aku melakukan PDKT yang “real”. Aku ajak dia pulang sekolah bareng, dan dia pun setuju. Sesampainya di rumah dia, aku tak bergegas. Kami ngobrol di kursi yang terletak di teras depan rumahnya. Kami ngobrol sangat dekat, dan saking dekaatnya, aku melihat hal yang membuatku ingin tertawa terbahak-bahak. Ternyata diatas bibir wanita itu ada Bluetooth yang aktif alias ada tahi lalat nempel tepat di atas bibirnya (untung Cuma tahi lalat, coba kalo tahi ayam atau tahi kambing, segede apa coba?). Arrgh, Idealisme aku berbicara. Tiba-tiba aku IlFeel (hilang hasrat) sama dia. Begitu aku pulang, list pertama langsung aku coret, dan mulai “prepare” ke list selanjutnya.
List selanjutnya adalah Zahra. Anak kelas 2. Orangnya pendiam, cantik (teramat sangat), dingin terhadap lawan jenis, dan bapaknya adalah seorang kyai yang juga memiliki pesantren. Beberapa minggu proses PDKT berjalan. Dan akhirnya aku menyerah. Dasar cewek surga. Dia selalu dilindungi oleh Allah SWT dari godaan jomblo yang terkutuk.
Aku mulai melanjutkan ke list selanjutnya. Tapi tetap saja menemui jalan buntu. Ada yang nolak mentah-mentah, ada yang keduluan ma orang lain, dan ada pula yang tak jelas ujung dan pangkalnya.
Akhirnya tak terasa masa-masa SMA sudah memasuki masa-masa akhir. Ujian Nasional sudah selesai. Dan aku masih berkutat dengan kejombloan. Aku mulai membuka kembali list yang sudah aku tinggalkan selama satu bulan karena persiapan ujian. Dan ketika kubuka list tersebut, ternyata tiggal menyisakan satu nama. “Selvia”. Wanita idaman setiap pria di Sekolahku. Wanita paling populer di sekolahku. Kaya raya, Cantik, Berwajah oriental, mirip-mirip Bunga Citra Lestari, tapi dia lebih cantik dari itu. Mungkin dia sangat menentukan standar yang tinggi dalam memilih pasangan. Tipe wanita “killer”. Proses telfon-telfonan pun dimulai. Cukup lancar, dan dia pun memberikan sinyal positif. Sudah beberapa minggu proses PDKT dilakukan, tak mungkin aku mengajaknya pulang bareng. Karena dia pergi ke sekolah dengan meggunakan mobilnya. Sedangkan aku hanya membawa motor yang harganya mungkin hanya seperdelapan dari harga mobilnya.
Proses penembakan pun aku persiapkan matang-matang. Aku fikir, aku akan menembak dia saat acara perpisahan SMA, meski mungkin itu adalah penghujung karirku di SMA (benar-benar Penghujung). Tapi tak mengapa. Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali. Aku berencana melekukan prosesi penembakan dengan “manggung”, menyanyikan sebuah lagu yang memang memiliki lirik yang “nembak” banget. Dan satu lagu yang aku persiapkan adalah lagu Fallin in lovenya J-Rocks. Meski liriknya ga nembak banget, tapi setidaknya, cukup lah untuk hanya sekedar mengungkapkan isi hati.
Acara perpisahan yang aku tunggu-tunggu pun menemui harinya. Aku sudah mempersiapkan pakaian yang akan kukenakan sejak jauh-jauh hari. Sebuah pakaian jas resmi berwarna silver, dikolaborasikan dengan kemeja putih, dan celana jeans belel yang agak hampir bolong di daerah lutut. Aku nyontek gaya itu dari gambar David Beckham yang aku lihat di Poster.
Aku sengaja datang terlambat. Agar tidak jenuh menunggu teman-teman yang lain. Dan ketika aku datang ke tempat acara perpisahan berlangsung, aku melihat “selvia” dengan pakaian kebaya silver yang amat sangat anggun dan membuatku terpesona. Aku sapa dia dengan sebuah senyuman, dan dia pun membalasnya. Akhirnya tiba saatnya untuk prosesi penembakan. Saatnya band ku tampil ke atas panggung. Aku langsung SMS dia dengan kata-kata “lagu ini buat kamu”. Semua personil sudah “check sound“. Dan musik siap dimainkan. Pada saat itu aku berposisi sebagai vokalis dan juga rhytmis. Lagu pun dimulai. Intro aku mainkan, ketika intro selesai dan aku mulai menyanyi, tiba tiba semua personil band terdiam, yang kudengar hanya suaraku, suara gitar yang aku petik, dan suara keyboard (padahal seharusnya semua unsur seperi bass dan drum pun ikut bermain). Aku berpura-pura tidak merasakan apapun. Aku terus menyanyikan lagu fallin in love versi keyboard (tanpa menoleh ke belakang), tapi ini sungguh terasa sangat romantis. Dan ketika lagu mulai memaasuki reff, tiba-tiba saja aku dengar suara wanita yang sangat merdu “aku jatu cinta, ku jatuh cinta, cinta kepadamu, ku jatuh cinta, i am falling in love, i’m falling in love with you”. Aku langsung menoleh ke belakang, dan yang kulihat adalah Selvia bernyanyi dengan merdunya sambil memainkan keyboard. dan saat itu yang aku rasakan adalah perasaan kaget, senang, namun penuh dengan tanya.
Akhirnya lagu pun berakhir. Semua teman-teman yang menyaksikan pertunjukan romantis itu pun berteriak histeris (hiperbola deh?) dan bertepuk tangan. Dan aku hanya bisa mengucapkan terimakasih dan tersenyum puas. Rupanya kejadian manggung tadi itu adalah hasil konspirasi antara temen Band-ku ( Faiz, Indra ,dan Frana) dengan Selvia. Akhirnya kami turun panggung. Lalu aku mangajak Selvia  menjauh dari keramaian dan mulai melakukan penembakan. Berikut hasil wawancara yang dapat kami himpun dengan narasumber Selvia:
Aku      :  “makasih ya atas sumbangan keyboardnya!”
Selvia   : “OK, sama-sama”
Aku      : “suara kamu bagus juga ya? Ga nyangka juga kamu bisa maen keyboard”
Selvia   : ( dengan senyumnya yang menawan) “hehehe,,makasih!”
Aku      : “ jadi gimana?”
Selvia   : “apanya yang gimana?”
Aku      : (dengan suara yang gemetaran) “kamu mau kan jadi pacar aku?”
Selvia   : “ jujur aja ya, aku suka sama kamu, suka banget malah. Tapi aku ga bisa nerima
                 kamu sebagai pacar untuk saat ini.“
Aku      : “Lho emangnya kenapa?“
Selvia   : “karena aku seorang Lesbian!“

Fikiranku saat itu benar-benar terpukul. Bingung, aneh, dan sakit. Ternyata aku baru tahu kenapa wanita cantik seperti dia hingga saat ini belum juga punya pacar.
Selvia   : “Selesai sekolah disini, aku mau ke luar negeri. Bukan untuk ngelanjutin kuliah,
    tapi untuk rehabilitasi kejiwaan. Ketika suatu saat aku normal dan kamu nembak
    aku lagi, aku janji bakalan nerima kamu!“
Aku      : “ Yaudah, aku doakan, semoga proses rehabilitasinya lancar!“.
Selvia   : “ makasih ya!

Lalu dia memelukku, dan mungkin itu menjadi hal terindah yang pernah aku rasakan selama masa-masaku di SMA.
Akhirnya, aku melewati masa SMA ku tanpa merasakan cinta. Tapi aku tak menyesal. Karena ternyata ada hal lain yang ternyata lebih dari sekedar cinta di masa SMA. Salahsatunya adalah persahabatan, seperti betapa “solider“-nya teman Band ku memberikan kejutan saat manggung kemarin. Aku yakin, suatu saat aku akan mendapatkan cinta. Karena cinta bukan untuk dicari, melainkan untuk dirasakan. Cinta akan datang dengan sendirinya disaat yang tepat. Cinta itu takkan pernah bisa dimengerti dan tak akan pernah ada kesimpulan tentang Cinta karena apa yang setiap orang rasakan tentang Cinta itu berbeda-beda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar